Ho'oponopono 1

Senin, 15 Juni 2009

Dear Rekan-Rekan & Para Senior...

Mungkin rekan-rekan dan para senior sudah ada yg pernah baca buku Zero Limit nya Joe Vitale ttg Ho'oponopono. ..

Izinkan saya mohon pencerahan, barangkali ada yang sudah lebih mengerti mohon bantuannya untuk pencerahan ini.

Di buku Zero Limit tsb, pd halaman 183, disebutkan sbb:
"... Bagaimanapun, ia (Mr. Hew Len) telah melakukan ho'oponopono selama lebih dari 25 tahun. Tentu ia menciptakan atau menerima metode lain di samping "Saya mengasihimu" untuk menghapus kenangan.
"Apa yang Anda (Mr. Hew Len) lakukan sekarang untuk membersihkan? " tanya saya (Mr. Joe Vitale).
Ia (Mr. Hew Len) tertawa kecil dan berkata, "Membunuh Yang Ilahi."
Saya (Mr. Joe Vitale) terpana. "Membunuh Yang Ilahi?" saya mengulangi, ingin tahu apa yang dimaksudkannya.
"Saya tahu bahwa bahkan inspirasi adalah sebuah langkah yang dihapus dari keadaan nol," ia menjelaskan. "Saya diberitahu bahwa saya harus membunuh Yang Ilahi untuk pulang ke rumah." "Namun, bagaimana Anda membunuh Yang Ilahi?"
"Terus membersihkan, " katanya.
Selalu, selalu, selalu, hal itu terus kembali sebagai refrain tunggal yang menyembuhkan segala macam luka: "Saya mengasihimu, saya menyesal, maafkanlah saya, terima kasih."
....."
(mungkin bagi yang belum pernah membaca buku Zero Limit ini, perlu baca buku dan/atau bab tsb utk melihat periskop nya yang lebih lengkapnya)

Dari buku subject di atas, barangkali para senior dan rekan-rekan ada yg mengetahui maksud subject tsb, mungkin bisa membantu saya & para pembaca yg lain utk pencerahannya.

Yang menjadi kebingungan saya adalah mengenai "Membunuh Yang Ilahi", padahal pada penjelasan Mr. Hew Len sendiri utk melakukan pembersihan, kita perlu berserah pada Yang Ilahi dan Kecerdasan Ilahi itu yang membantu kita utk melakukan Pertobatan dan Pengampunan, serta proses Perubahan/Transform asi oleh Kecerdasan Ilahi (Lampiran C di buku Zero Limit tsb); juga di bab-bab yg lain memaparkan peran Yang Ilahi dalam membantu & menyertai kita manusia yg diciptakan segambar & serupa dengan Yang Ilahi (manusia sesuai hakikat & fitrahnya sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna).

Demikian saya sampaikan permohonan pencerahan ini.
Terima kasih sebelumnya atas bantuan & pertolongannya. Mohon maaf bila emailnya terlalu panjang

Salam Kedamaian...
Handy





Dear Handy,

Ikut sharing interpretasi saya mengenai "Membunuh Yang Ilahi" ini yah.

Yang dimaksud Zero Limits itu adalah kondisi murni (pure state).
Sebenarnya kondisi itu sudah ada dalam diri kita.
Tetapi program-program (belief) dalam diri kita, emosi dan energi negatif dalam diri kita, mencegah kita untuk berada pada kondisi itu.

Bahkan persepsi/pemahaman/ belief kita mengenai yang Ilahi pun, adalah program yang kita dapat dari lingkungan, agama, keluarga, sekolah, buku, dll.
Kemampuan manusia untuk melihat, menerjemahkan, mengerti segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita sangat terbatas. Seperti yang dikatakan Dr. Hew Len kita hanya bisa menangkap beberapa bits saja informasi yang terjadi pada satu waktu, padahal ada jutaan bits informasi yang sedang terjadi.

Jadi untuk kembali ke kondisi murni (pure state), kembali ke zero limits, seperti waktu bayi (bahkan mungkin bayi pun sudah tidak benar-benar murni, karena bayi sudah bisa mendapat program sejak usia 3 bulan) kita harus terus membersihkan diri, termasuk membersihkan persepsi dan belief kita mengenai yang Ilahi.
Sehingga pada zero limits, semuanya menjadi netral dan murni.
Tidak ada yang benar, dan tidak ada yang salah.

Bagaimana caranya, yaitu dengan terus membersihkan diri.

Demikian pemahaman dari saya. Semoga berkenan.

Regards,
Nel


Dear Handy,

Kalau pengertian saya dalam hal ini, "membunuh Yang Ilahi" maksudnya adalah membersihkan Konsep tentang Yang Ilahi tersebut. Karena Konsep tersebut adalah hasil pemikiran dan persepsi manusia juga, yang terbatas. Karena Yang Ilahi sebenarnya tidak bisa didefinisikan, hanya dirasakan. Analoginya mungkin seperti kalau disuruh menjelaskan rasa duren bagaimana kepada orang yg belum pernah merasakan. Orang yang diceritain tetap aja gak tau rasa duren itu kalau belum mencoba. Pada titik Nol semua itu dihapus, tidak ada apa-apa, kosong. Begitu sih pengertian saya. Mungkin teman-teman lain punya pendapat lain.

Salam Damai,

Aloysia



Dear pak Handy,
Ketika membaca bagian ini saya tidak menganggap bahwa pak Hew Len
mengatakan "membunuh Yang Ilahi" berarti benar-benar meniadakan Yang Ilahi.
Pertanyaan ini diajukan Joe kira-kira bunyinya begini "kalo udah jadi master ho'oponopono,
ngapain lagi?"
Jawaban Hew Len: "terus membersihkan. .. dengan terus mengatakan
"Saya mengasihimu, saya menyesal, maafkanlah saya, terima kasih." ....."
Jadi menurut saya dia (kita juga) berusaha memindahkan sebanyak mungkin
"ke-Ilahian" kedalam dirinya bukan membunuhnya. Kata membunuh itu kiasan
untuk menerima atau memindahkan sebanyak mungkin "ke-Ilahian" ke dalam dirinya.
Sehingga ...... minta apa saja ... akan terpenuhi... !!
Yah begitu deh yang bisa saya pikirkan.
Wassalam
Aulia.


0 komentar:

Posting Komentar

  © Blogger template On The Road by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP